TUGAS AKK Kelas B
EVALUASI PROGRAM GIZI DI INDONESIA
Nama :Wulan Anindita Sari
Nim :1500029313
Kelas : B
A.INPUT :
Upaya percepatan perbaikan gizi akan diarahkan pada penyusunan program prioritas di kementerian terkait, mobilisasi sumber dana, sarana dan daya, advokasi serta pendidikan masyarakat untuk program perbaikan gizi, tambahnya.
Pemerintah telah menyiapkan target perbaikan gizi masyarakat. Sejumlah target itu, antara lain menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 kelahiran hidup, dari 359 menjadi 306 pada tahun 2019; Menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup dari 32 menjadi 24 pada tahun 2019; Menurunnya prevalensi kekurangan gizi pada anak balita, dari 19,6% menjadi 17% pada tahun 2019; dan menurunnya prevalensi stunting pada anak di bawah 2 tahun, dari 33% menjadi 28% pada tahun 2019.
v Permasalahan
RisetKesehatanDasar 2013 menyebutkan, prevalensianakbalitabertubuhpendek 37,2persen. Merekatersebar di seluruh Indonesia. Di provinsidengantingkatkesejahteraantinggi, sepertiKepulauan Riau, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta, prevalensinyakurangdari 30 persen. Tapi di provinsimiskinseperti Nusa Tenggara Timur, prevalensinyalebihdari 50 persen.
Kasus anak balita pendek seharusnya terdeteksi jika anak balita rutin ditimbang dan diukur tingginya di posyandu.Belum semua orang tua sadar memeriksakan anak keposyandu berkala tiap bulan.Selain itu, tidak semua kader posyandu mampu menjelaskan dan memberikan solusi atas setiap persoalan gizi yang dihadapi anak balita dan ibu hamil.
v Sarana,Prasarana pendukung
Selain memperkuat peran posyandu, penanganan kasus kurang gizi dan balita pendek juga harus dilakukan sejak dini, jauh sebelum seorang ibu hamil—bahkan saat calon ibu masih remaja.
Namun mengingatkan, upaya meningkatkan status gizi masyarakat tidak cukup dengan program pemberian zat gizi tambahan atau konseling.Intervensi di luar sektor kesehatan memiliki andil pula untuk mengurangi persoalan gizi buruk ini.
Antara lain, berupa peningkatan akses air minum dan sanitasi layak, pelayanan keluarga berencana (KB), serta berbagai program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan.
Upaya-upaya tersebut harus sejalan dengan program peningkatan gizi masyarakat yang menjadi tanggungjawab berlangsung dari sektor kesehatan.
v Anggaran / pendanaan
Tentu saja pembiayaan kesehatan untuk kegiatan-kegiatan ini berasal dari berbagai sumber:
1. APBN (Dana Jamkesmas) disini yang diberikan adalah dana untuk TFC bagi keluarga miskin, pemberian bahan PMT di CTC, obat-obatan seperti syrup zink, syrup obat cacing, syrup besi, KCl, Mineral Mix yang tidak disediakan atau tidak cukup dari GFK. Begitu juga untuk pembuatan Formula F75 dan F100.
Ada sedikit dana operasional yang masih bisa digunakan di pos jamkesmas.
2. APBD Propinsi dan APBD Kabupaten. Pengadaan obat-obatan secara umum berasal dari sini. Begitu juga penanggulangan yang berupa PMT juga berasal dari sini. APBD Propinsi menyediakan dana penanggulangan untuk PMT Kasus Gizi Buruk dan MP-ASI. Sedangkan Kabupaten menangggung TFC pasien miskin tapi yang tidak terdaftar di Jamkesmas.
3. Dana Kabupaten juga mendanai beberapa kegiatan-kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (pencegahan dan pemantauan) seperti yang disebutkan diatas.
v Aturan / Peraturan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan tujuanperbaikan gizi adalah untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Mutu gizi akan tercapai antara lain melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan profesional di semua institusi pelayanan kesehatan. Salah satu pelayanan kesehatan yang penting adalah pelayanan gizi di Puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat Inap maupun pada Puskesmas Non Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi dilakukan melalui kegiatan spesifik dan sensitif, sehingga peran program dan sector terkait harus berjalan sinergis. Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi puskesmas dalam pemberdayaan masyarakat menjadi hal sangat penting.
v Sumber Daya Manusia:
ð untuk semua kalangan masyarakat yaitu:
ð Wanita usia subur
ð Ibu hamil(Bumil)
ð Lansia
ð Anak –anak
ð Balita
ð Ibu pasca partus
ð Ibu menyusui
ð Dikhususkan pada balita kurang dari 1000hari kelahiran
B.PROSES
Pelayanan gizi di Puskesmas terdiri dari kegiatan pelayanan gizi di dalam gedung dan di luar gedung. Pelayanan gizi di dalam gedung umumnya bersifat individual, dapat berupa pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Kegiatan di dalam gedung juga meliputi perencanaan program pelayanan gizi yang akan dilakukan di luar gedung. Sedangkan pelayanan gizi di luar gedung umumnya pelayanan gizi pada kelompok dan masyarakat dalam bentuk promotif dan preventif. Dalam pelaksanaan pelayanan gizi di Puskesmas, diperlukan pelayanan yang bermutu, sehingga dapat menghasilkan status gizi yang optimal dan mempercepat proses penyembuhan pasien. Pelayanan gizi yang bermutu dapat diwujudkan apabila tersedia acuan untuk melaksanakan pelayanan gizi yang bermutu sesuai dengan 4 pilar dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
C .OUTPUT
Investasi di sektor sosial (gizi,kesehatan dan pendidikan) akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatkan kualitas SDM. Dengan meningkatnya kualitas SDM, akan meningkatkan produktivitas kerja yang selanjutnya akan meningkatkan ekonomi. Terjadinya perbaikan ekonomi akan mengurangi kemiskinan dan selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi, meningkatkan kualitas SDM. Meningkatkan produktivitas dan seterusnya.
Kualitas hidup masyarakat dipengaruhi oleh investasi yang telah dilakukan oleh pemerintah pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya (pendidikan, kesehatan, dan sanitasi lingkungan) dan investasi pada pengembangan sarana dan prasarana ekonomi, disertai oleh kebijakan-kebijakan dalam konteks pemberdayaan masyarakat.
Goal yang ingin dicapai adalah :
C Menghilangkan kelaparan dan kematian akibat kelaparan
C Menghilangkan berbagai jenis kelaparan dan penyakit yang berhubungan dengan kurang gizi sebagai akibat dari bencana alam
C Menghilangkan masalah kurang yodium dan vitamin A
C Mengurangi kelaparan kronis
C Mengurangi kurang gizi, terutama pada bayi, balita, dan wanitan usia subur
C Mengurangi masalah kurang gizi mikro lainnya, termasuk zat besi
C Mengurangi penyakit infeksi dan non infeksi yang erat kaitannya dengan makanan yang dikonsumsi
C Mengurangi berbagai masalah sosial berkaitan dengan peningkatan penggunaan ASI
C Mengurangi keadaan kesehatan diri dan lingkungan yang tidak memadai, termasuk peningkatan penggunaan air bersih.