Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 28, Suplemen No. 1, 2014
Jurnal tersebut dilatar belakangi oleh belum optimalnya pelaksanaan sistem identifikasi pasien serta mencari solusi untuk mengoptimalkan sistem identifikasi pasien di salah satu rumah sakit Malang. Sistem identifikasi di rumah sakit ini belum berjalan optimal, meskipun rumah sakit telah terakreditasi. Identifikasi pasien merupakan salah satu dimulainya keamanan pelayanan di rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan ketepatan dalam mengidentifikasi pasien. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien akan berdampak pada tahap selanjutnya sehingga akan mempengaruhi citra rumah sakit. Mungkin akan terjadi kesalahan tindakan atau pemberian obat dikarenakan salah mengidentifikasi pasien.
Dalam melakukan evaluasi ini, menggunakan metode melalui wawancara dan focus group discussion dengan beberapa perawat. Metode ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang sistem identifikasi, sikap perawat, dan petugas lain dalam melaksanakan prosedur.
Rumah sakit tersebut menggunakan gelang sebagai identitas pasien. Gelang setiap pasien berbeda-beda, tergsntung kondisi pasien. Gelang terbagi menjadi 3 warna yaitu merahmuda untuk wanita, biru untuk pria dan putih untuk bayi baru lahir namun belum jelas kelaminnya. Kemudia terdapat beberapa warna kancing seperti kuning untuk penanda pada pasien memiliki risiko jatuh, ungu untuk pasien DNR (do not resuscitate) dan coklat untuk pasien dengan nama sama dirawat diruang yang sama pula.
Pemberian gelang dan pelepasan gelang dilakukan sesuai prosedur. Pelaksanaan verifikasi indentitas bila akan dilakukan tindakan atau pemberian obat dilakukan oleh petugas yang bersangkutan. Berdasarkan hasil FGD, perawat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang sistem identifikasi pasien. Mereka memahami bahwa tujuannya adalah mencegah kesalahan identitas yang dapat menyebabkan kesalahan tindakan.
Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur identifikasi cukup baik meskipun tidak sepenuhnya patuh seperti perawat tidak melakukan verifikasi saat akan melakukan tindakan terutama yang bersifat rutin serta perawat tidak selalu mencata dan melaporkan adanya kesalahan identifikasi. Kesalahan identifikasi yang paling sering ditemukan adalah kekeliruan ejaan penulisan nama. Hal tersebut dikarenakan masih ada rasa tidak enak melaporkan temannya sendiri yang sama-sama petugas.
Dalam mewujudkan pelayanan yg berorientasi pada pasien, rumah sakit melaksanakannya melalui dua pendekatan. Pendekatan pertama yaitu pendekatan sistem dengan pelaksanaan akreditasi versi 2012/JCI yang telah dilakukan. Dan pendekatan kedua yaitu pendekatan budaya melalui nilai-nilai keselamatan pasien.
Tiga hal tersering yang menyebabkan terjadinya kesalahan identifikasi adalah kesalahan dalam penulisan dan administrasi, kesalahan dalam verifikasi dan masalah dlm komunikasi. Pelaksanaan sistem identifikasi pasien di rumah sakit sudah baik yang didasarkan pada visi, misi dan strategi serta kebijakan, pedoman, panduan serta prosedur yang lengkap. Namun kurang optimal terhadap pelaksanaan prosedur identifikasi. Beberapa saran yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan sistem identifikasi pasien adalah mengoptimalkan peran supervisi keperawatan pengoptimalan sistem pelaporan, meningkatkan budaya safety kepada seluruh staf termasuk pada staf medis.
Putty Chusnaini
1500029286/C