Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial. Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik merupakan pemicu masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri terhadap risiko kesehatan reproduksi, seperti pencegahan KTD, IMS, dan HIV dan AIDS. Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja (SKRRI) tahun 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan dasar penduduk usia 15-24 tahun tentang ciri-ciri pubertas sudah cukup baik, namun dalam hal pengetahuan tentang masa subur, risiko kehamilan, dan anemia relatif masih rendah. Berikut evaluasi dari kebijakan tentang kesehatan reproduksi pada remaja :
1. Evaluasi input
Evaluasi ini ditujukan untuk menilai segala sesuatu yang harus tersedia untuk berlangsungnya suatu proses kebijakan. Segala sesuatu itu berupa sumber daya manusia dan sumber daya non manusia. Untuk kebijakan kesehatan reproduksi ini pelayanan kesehatan untuk menangani masalah kespro remaja sudah ada dan petugas kesehatan juga sudah ada, akan tetapi yang menggunakan pelayanan tersebut masih sangat jarang. Remaja masih beranggapan bahwa yang dating disuatu pelayanan kesehatan merupakan orang yang sakit.
2. Evaluasi proses
Evaluasi ini ditujukan untuk mengukur apakah kebijakan yang telah diimplementasikan sesuai dengan yang telah direncanakan. Dalam hal ini proses kebijakan kesehatan reproduksi remaja,informasinya belum banyak didengar oleh remaja dan belum banyak yang menggunakan. Permasalahan yang lain yaitu tentang jam buka layanan kesehatan yang tidak sesuai dengan jam sekolah remaja. Sehingga remaja hanya mendapatkan pengetahuan tentang kespro di sekolah saja.
3. Evaluasi output
Evaluasi ini ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Dalam hal ini kebijakan kespro remaja, Jika di lihat dari outputnya dapat dikatakan masih jauh dari harapan, mengingat masih banyak bahkan semakin banyak remaja yang terjerumus pergaulan yang tidak baik. Disamping itu pelayanan kesehatan reproduksi yang sulit dijangkau juga menjadi masalah. Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri terhadap risiko kesehatan reproduksi, seperti pencegahan KTD, IMS, dan HIV dan AIDS. Pengetahuan tentang masa subur, risiko kehamilan, dan anemia juga relatif masih rendah.
Peran pemerintah, orang tua, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), institusi pendidikan serta masyarakat sangat diperlukan dalam memahami, mencegah serta cara mengatasi masalah seksualitas dan seputar kasus reproduksi remaja. Karena kompleksnya permasalahan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, sangatlah urgen bagi pemerintah untuk segera bertindak. Maka dari itu dengan solusi yang telah ditawarkan dalam pembahasan diharapkan masalah yang terjadi akan segera dapat diatasi.
Nama : Rina Nur Aprilianti
NIM : 1500029240
Kelas : B