TRADISI KEPERCAYAAN MASYARAKAT PESISIR MENGENAI KESEHATAN IBU DI DESA TANJUNG LIMAU MUARA BADAK KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2008
1. Aktor
Salah satu kendala utama penerimaan program-program kesehatan adalah kendala budaya pada masyarakat yang semula hanya mengenal sistem medis tradisional. Masyarakat dalam kesatuan suku-suku dengan identitas kebudayaannya masing-masing, memiliki dan mengembangkan sistem medisnya sendiri sebagai bagian dari kebudayaan mereka secara turun temurun. Terbentuknya janin dan kelahiran bayi merupakan suatu fenomena yang wajar dalam kelangsungan kehidupan manusia, namun berbagai kelompok masyarakat dengan kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon perilaku dalam menghadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan. Karena itu hal-hal yang berkenaan dengan proses pembentukan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan ibunya perlu dilihat dalam aspek biososiokulturalnya sebagai suatu kesatuan.
2. Konteks
Dalam analisis berdasarkan konteks dapat dianalisis dengan beberapa faktor, antara lain faktor situasional, faktor struktural, faktor budaya, dan faktor internasional.
a. Faktor situasional
Desa Tanjung Limau memiliki populasi penduduk berjumlah 3575 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 1084 KK. Sebagian besar (51.38%) penduduk memiliki pendidikan dasar atau SD atau sederajat. Walaupun terletak di daerah pesisir tetapi masyarakat desa Tanjung Limau bila dilihat dari mata pencaharian penduduknya lebih bercorak modern dan agraris. Terlihat mayoritas penduduk desa menjadi karyawan swasta (26.95%). Hanya satu orang (0.9%) yang bekerja menjadi nelayan, dan ini jauh lebih kecil dari yang menjadi petani (25.86%).
b. Faktor struktural
Persepsi tentang kehamilan yang dimiliki oleh masyarakat sangat menentukan perilaku masyarakat terhadap kehamilan. Persepsi tentang kehamilan ini terbentuk berdasarkan kepercayaan-kepercayaan dan simbol-simbol yang dimiliki oleh masyarakat. Pengalaman kehamilan khususnya adalah sumber dari simbol tentang kesuburan, pertumbuhan bayi dalam kandungan, dan kesehatan ibu dan anak. Kehamilan, Persalinan, dan Nifas merupakan peristiwa yang istimewa dalam keluarga sehingga kepedulian keluarga dan masyarakat cukup tinggi. Kepedulian tersebut terwujud dalam bentuk adanya pantangan makanan dan perilaku yang menunjukkan kepedulian keluarga terhadap keselamatan si ibu dan bayinya dari hal-hal yang mereka anggap berbahaya bagi kehamilan dan persalinan.
c. Faktor budaya
Pada masyarakat Tanjung Limau, jenis makanan yang dipantang selama masa hamil dan setelah melahirkan cukup banyak. Walaupun tidak dipatuhi oleh semua ibu hamil, karena tidak lagi merasa pengaruh adat yang kuat menekan perlunya pantangan tersebut dipatuhi. Bagi mereka yang masih memegang kepercayaan terhadap tradisi leluhur mengakui adanya praktek melakukan pantangan makan. Mereka mengungkapkan sejumlah bahan makanan yang termasuk dalam pantangan seperti,ikan asin yang menurut mereka dapat meningkatkan tekanan darah, juga pantangan makan cumi-cumi yang ditakutkan dapat menyebabkan plasenta atau tembuni lengket. Selain bahan makanan yang berasal dari hasil laut, terdapat pula pantangan mengkonsumsi buah-buahan tertentu. Buah seperti jeruk nipis, nanas muda dan durian merupakan pantangan. Jeruk nipis disebutkan dapat menyebabkan kesulitan dalam persalinan, nanas muda dan durian dianggap dapat menyebabkan keguguran. Selain pantangan dalam bentuk makanan tertentu, terdapat pula sejumlah pantangan dalam bentuk perilaku. Pantangan perilaku tersebut terutama terkait dengan kepercayaan bahwa perilaku ibu selama kehamian akan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesempurnaan bayi yang sedang dikandung.
d. Faktor internasional
Selama kehamilan bukan hanya bidan yang berhubungan dengan ibu hamil dan keluarganya tetapi juga peran dukun masih besar dan diinginkan oleh masyarakat. Dukun beranak disini adalah orang-orang yang mempunyai keterampilan pengobatan secara turun temurun terutama yang mempunyai keterampilan menolong persalinan.
3. Proses
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi berbagai masalah lingkungan, social budaya, perilaku, genetika. Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian dari segi medis. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut. Demikian pula mengenai persepsi tentang makanan bagi ibu hamil. Masyarakat di mana pun di dunia memiliki kategori-kategori mengenai makanan yang dikenalnya dalam lingkungannya, yang didasarkan atas konsepsi budaya. Dalam kategori makanan itu, bahan-bahan makanan yang dikategorikan sebagai makanan atau bukan makanan, juga menyangkut pemahaman tentang maknanya secara budaya, cara pengolahannya, cara mengkonsumsinya, saat mengkonsumsi maupun kelompok-kelompok yang mengkonsumsinya menurut ciri-ciri tertentu (usia, jenis kelamin, status sosial dan hal lainnya). Kategori tentang makanan ini tidak sama dalam berbagai kelompok masyarakat. Dengan kata lain, makanan yang sama dapat mempunyai nilai, peranan, status dan simbol yang berbeda pada kelompok-kelompok masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda. Melahirkan bayi melalui proses yang normal dan lancar merupakan dambaan bagi setiap ibu dan keluarganya. Oleh karena itu, sebelum bayi lahir, terdapat sejumlah aturan yang harus dijalankan oleh seorang calon ibu untuk menjaga kandungannya. Pantangan makan seperti yang telah diuraikan di atas merupakan salah satu tujuan mencari keselamatan dalam kelahiran itu. Pengetahuan budaya mengenai berbagai bahaya dan risiko dalam kelahiran itu mendorong perilaku pantang makan atau dilakukannya perbuatan tertentu oleh ibu hamil. Salah satunya larangan makan cumi-cumi merupakan cara simbolik untuk menghindarkan bahaya, sementara itu terdapat pula konsepsi budaya yang menganggap bahwa mengkonsumsi bahan makanan tertentu dapat menimbulkan keuntungan bagi bayi. Salah satu contohnya adalah hubungan antara minum air kelapa muda dengan kelahiran bayi, yaitu kulit bayi menjadi bersih.
4. Isi
Adanya adat memantang makanan dan pantang perilaku tertentu tidak selalu memberikan dampak kesehatan, meskipun dilandasi oleh tujuan pencegahan bahaya. Pada tradisi masyarakat desa Tanjung Limau ini terdapat tradisi yang dapat digolongkan positif dari segi kesehatan, yaitu larangan makan durian. Buah durian sebenarnya pantangan asalkan dikonsumsi dalam jumlah sedikit, tetapi memang sebaiknya dihindari karena kandungan gula, kolesterol dan sedikit alkohol dapat menimbulkan gas dalam lambung. Ini akan memicu kontraksi terutama pada kehamilan trisemester satu. Sementara pantangan makan cumi cumi justru merugikan dari segi kesehatan. Cumi cumi merupakan hasil laut yang mudah didapatkan di daerah desa Tanjung Limau, mengandung protein tinggi,asam amino esensial dan mineral yang baik untuk kehamilan. Para penyedia layanan kesehatan dan para petugas kesehatan perlu memahami makna simbolik yang terkandung dalam setiap pantangan sehingga dapat melakukan perubahan melalui cara yang tepat. Semakin baik bila ditunjang dengan sikap menghargai dan bersifat terbuka dengan para dukun beranak untuk mendorong timbulnya perubahan perilaku pertolongan persalinan yang sesuai kaidah kesehatan.
NAMA : VEGGI YULVITANINGSIH
NIM : 1500029190
KELAS: A