Kasus : balita penderita gizi buruk di gorontalo
Program : therapeutic feeding centre (TFC) atau pusat pemulihan gizi
Analisis : Dari enam kabupaten dan kota, angka tertinggi balita gizi buruk terdapat di kabupaten Gorontalo yakni 17,22 persen, kemudian Pohuwato 14,70 persen, Bone Bolango 14,90 persen, Gorontalo Utara 10,66 persen dan Kota Gorontalo 10,65 persen. Penyebab Kabupaten Gorontalo selalu menempati peringkat tertinggi angka penderita gizi buruk, karena jumlah penduduk yang lebih besar dibanding wilayah lain. Gizi buruk disebabkan sejumlah faktor seperti asupan makanan, pola makan, serangan penyakit, pola pengasuhan orang tua dan tingkat pengetahuan ibu.
Dalam menganalisis kasus balita gizi buruk di gorontalo dapat menggunakan teori analisis segitiga kebijakan. Menurut segitiga kebijakan terdapat empat hal yang harus dianalisis yaitu :
1. Actor
1) Pemerintah
Pemerintah berperan sebagai inisiator, fasilitator, dan motivator
2) Organisasi Kemasyarakatan
Tugas organisasi kemasyarakatan adalah memperkuat mobilisasi, advokasi, komunikasi, riset dan analisasi kebijakan serta pelaksana pada tingkat masyarakat untuk menangani kekurangan gizi.
3) Anggota pemberi pendidik
para guru SD, SMP dan SMA untuk mengolah makanan sehat dan bergizi tinggi.
Serta Para guru memberikan ajaran muatan lokal di sekolah dan targetnya adalah para siswa.
4) Tenaga medis
Dokter, Perawat supervisor dengan latar belakang pendidikan Diploma III, Perawat dengan latar belakang pendidikan Diploma III atau SPK, Ahli gizi dengan latar belakang pendidikan Diploma III, Tenaga Masak.
5) Keluarga
Orang tua dan keluarga yang bersangkuta dalam pemenuhan status gizi anak yang baik.
2. Konteks
1) Faktor Situasional
Akibat dari jumlah penduduk yang lebih besar dibanding wilayah lain dan tingkat pendidikannya yang rendah menyebabkan banyaknya jumlah penganguran di gorontalo yang berdampak pada ekonominya selain itu sedikitnya lapangan pekerjaan yang bisa mereka lakukan sehingga menyebabkan kemiskinan dan penyakit yang tinggi.
2) Faktor Struktural
Angka balita penderita gizi buruk di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 sebesar 17,5 persen. Angka tersebut diperoleh setelah melakukan Pemantauan Status Gizi (PSG) kepada 25 ribu balita di daerah tersebut, kata Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Gorontalo. Untuk menekan jumlah penderita gizi buruk, Dinkes membentuk Therapeutic Feeding Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi di setiap kabupaten dan kota, dimana penderita akan dirawat oleh petugas hingga berat badannya ideal. Selain itu, pemerintah juga mengintensifkan sosialisasi dan pendidikan gizi serta melatih para guru SD, SMP dan SMA untuk mengolah makanan sehat dan bergizi tinggi yang para guru ini nanti yang akan mengajar muatan lokal di sekolah dan targetnya adalah para siswa.
3) Faktor Budaya
Akibat dari pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan ibu di gorontalo tentang pemberian asupan makanan yang sehat untuk anaknya serta anggapan di masyarakat bahwa kurang gizi hanya disebabkan oleh asupan makanan tanpa memperhatikan faktor lain. Dan kurangnya pengetahuan ibu tentang gejala-gejala anak kurang gizi.
3. Proses
Proses terbentuknya Therapeutic Feeding Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi dimulai dari adanya masalah gizi yang tinggi di gorontalo dan permasalahnnya tak kunjung terselesaikan dengan berjalannya waktu. Dari enam kabupaten dan kota, angka tertinggi balita gizi buruk di Kabupaten Gorontalo yakni 17,22 persen, kemudian Pohuwato 14,70 persen, Bone Bolango 14,90 persen, Gorontalo Utara 10,66 persen dan Kota Gorontalo 10,65 persen. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Kabupaten Gorontalo selalu menempati peringkat tertinggi angka penderita gizi buruk, karena jumlah penduduk yang lebih besar dibanding wilayah lain juga disebabkan sejumlah faktor seperti asupan makanan, pola makan, serangan penyakit, pola pengasuhan orang tua dan tingkat pengetahuan ibu. Selain itu mengobati balita gizi buruk berbeda tergantung penyebabnya. Kalau penyebabnya asupan nutrisi cukup diberi makanan bergizi dan mengatur pola makan. Namun yang sulit jika balita tersebut terserang penyakit seperti TBC atau radang paru-paru.
sehingga Untuk menekan jumlah penderita gizi buruk, Dinkes membentuk Therapeutic Feeding Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi di setiap kabupaten dan kota, dimana penderita akan dirawat oleh petugas hingga berat badannya ideal. Implementasi dari program Therapeutic Feeding Centre (TFC) lebih kepada menekankan pada peningkatan status gizi untuk meningkatakan perbaikin gizi pada balita gorontalo. Untuk membentuk kebijakan perbaikan gizi di gorontalo tersebut telah dilakukan kegiatan yang dimulai dari Advokasi dan sosialisasi, Penjaringan (screening) sasaran, Pelatihan tatalaksana anak gizi buruk, Pelayanan dengan menerapkan tatalaksana anak gizi buruk oleh tenaga yang sudah. Dari pelaksanaan program Therapeutic Feeding Centre (TFC) di dapatkan hasil Angka balita penderita gizi buruk di Provinsi Gorontalo menurun, dari tahun 2010 sebesar 17,5 persen menjadi 14,44 persen pada tahun 2012. dari angka tersebut menunjukkan bahwa penurunan jumlah penderita gizi buruk telah melebihi target Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGs yakni 15 persen.
4. Isi
Program Therapeutic Feeding Centre (TFC) atau Pusat Pemulihan Gizi Perbaikan Gizi terfokus pada kelompok balita. Tujuan umum dari Program Therapeutic Feeding Centre (TFC) ini untuk meningkatkan status gizi dalam rangka perbaikan gizi masyarakat dan tujuan khususnya adalah meningkatkan penanganan gizi buruk, menurunkan angka kematian akibat gizi buruk, melaksanakan tata laksana gizi buru, mendekatkan pelayanan pada masyarakat dan memperbaiki dan meningkatkan status gizi. Serta Perawatan di TFC Dilakukan meliputi 3 aspek yaitu aspek medis, nutrisi, dan keperawatan.
NAMA : KURNIA EKA PUTRI
NIM : 1500029200
KELAS : C