Thursday, May 11, 2017

kebijakan kanker serviks

Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011 menunjukkan bahwa Kota Semarang merupakan salah satu kota di propinsi Jawa Tengah dengan kasus kanker serviks tertinggi. Kasus kanker serviks di kota Semarang meningkat dari 2.782 pada tahun 2010 menjadi 5.155 pada tahun 2011. Belum ada data yang ditemukan untuk menjelaskan hal tersebut. Padahal data menunjukkan bahwa 78,1% penderita kanker serviks datang ke RS Dr. Karyadi Semarang sudah dalam stadium III B. Hal ini mengarah kepada kasus kematian akibat kanker serviks yang melonjak tajam. Dengan 7.493 jumlah kasus kematian akibat kanker serviks, Indonesia menempati posisi ke tujuh di seluruh dunia, dan posisi pertama di Asia. Sebelum ditemukannya IVA, Pap smear merupakan cara skrining yang efektif di seluruh negara. Namun di negara yang sedang berkembang, dibutuhkan metode skrining yang dapat dilakukan dengan sumber daya yang terbatas. IVA merupakan salah satu skrining yang mudah, murah, dan gampang dilakukan.
Implikasi dan rekomendasi
1.    Melengkapi sistem registrasi kanker nasional
Data yang ada saat ini masih belum dikomunikasikan dengan baik. Padahal data yang ada dapat memudahkan para pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu berdasarkan data terkini. Data harus dikumpulkan dari setiap sektor kesehatan seperti pada pusat pelayanan primer dan Rumah Sakit rujukan. Data yang ada harus dianalisa dan dilaporkan setiap tahun meliputi kegiatan skrining kanker, diagnosis kanker berdasarkan FIGO, tipe kanker, lokasi kanker, stadium saat terdeteksi pertama kali, dan hasil akhir pengobatan.
2.    Training bidan dan dokter pelayanan primer
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencapai kompetensi yang diharapkan untuk melakukan IVA. Bidan dilibatkan dalam program ini karena bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang persebarannya merata sampai ke pelosok. Penggunaan alat dan bahan yang mudah diperoleh di pelayanan primer untuk pelaksanaan IVA harus disosialisasikan, agar tidak ada hambatan dari setiap tenaga kesehatan yang menganggap bahwa IVA sulit untuk dilakukan.
3.    Kampanye "peduli kanker serviks"
Kampanye "Peduli Kanker Serviks" harus melibatkan kader kesehatan binaan puskesmas
sebagai lini pertama yang menyentuh masyarakat, bidan, dan dokter, maupun tenaga
kesehatan pelayanan primer lainnya. Media kesehatan perlu dikembangkan agar wanita sadar bahwa pelaksanaan skrining dengan IVA hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk perlindungan selama 3 tahun ke depan. Dengan kesadaran tersebut, pemeriksaan skrining kanker serviks diharapkan dilakukan wanita secara mandiri.

Dari kasus kanker serviks yang meningkat di semarang, dengan di bentuknya rekomendasi program maka dapat mengurangi angka kejadian kanker servik. Dalam keberhasilan suatu program semua unsur harus saling mendukung dan terlibat seperti pemerintah, dinas kesehatan, tenaga kesehatan dan masyarakat. Pada program tersebut perlunya peningkatan kinerja agar sistem registrasi kanker nasional terkumpul dengan lengkap dan datanya akurat. Hal ini bertujuan agar dapat diambil sebuah kebijakan untuk menanggulangi masalah kanker serviks bagi pasien. Perlunya training bidang dan dokter primer agar kualitas dari dokter dan bidan semakin baik dalam menangani kasus kanker serviks. Kampanye peduli kanker serviks dilakukan oleh kader dan seluruh tenaga kesehatan, hal ini bertujuan agar wanita sadar untuk menjaga reproduksinya dan melakukan tindakan pencegahan agar tidak terkena kanker serviks, apabila wanita tersebut divonis kanker serviks selama masih tahap awal maka dapat disembuhkan.

Fithri Retno Wulandari
Kelas A