Setiap tahun WHO memperkirakan terjadi 20 juta kejadian aborsi di seluruh dunia, 95% diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Di Indonesia sendiri diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun dan 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, ditemukan bahwa dari 30% laki-laki SMA/SMK yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual sedangkan untuk murid perempuan sebesar 5%. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa setiap ada 3 murid lelaki yang berpacaran, satu diantaranya telah melakukan hubungan seksual dan sebagian besar dari mereka melakukannya saat kelad dua atau kelas tiga.
Pengetahuan dan pemahaman remaja tentang perilaku seksual sangat penting bagi remaja itu sendiri, orangtua, dan lingkungan sekitar. Sebab pada masa ini remaja mengalami perkembangan yang penting yaitu kognitif, emosi, sosial, dan seksual, yang berlangsung sekitar umur 12 tahun sampai 20 tahun.
Pemahaman dan pengetahuan tentang perilaku seksual yang kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adat istiadat, budaya, agama, dan kurangnya informasi dari sumber yang benar. Kurangnya informasi tersebut dapat merugikan kelompok remaja dan keluarganya. Beberapa kelompok masyarakat masih merasa bahwa informasi tentang seksual adalah hal yang tabu untuk disebarluaskan oleh karenanya kelompok remaja berusaha mencari informasi yang kebenaran informasinya perlu dipertanyakan. Mindset dalam masyarakat yang seperti itu sangat merugikan remaja yang berada di lingkungan mereka.
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang perilaku seksual dapat mengakibatkan remaja melakukan hubungan seksual yang akan berdampak pada psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi. Dan dampak psikososial seperti ketegangan mental dan kebigungan akan peran yang tiba-tiba berubah pada kasus remaja yang hamil diluar nikah. Serta sanksi sosial dari masyarakat yang menolak keadaan tersebut. Resiko kesehatan remaja yang bersangkutan dan kelainan janin karena organ reproduksi belum siap dapat memberikan dampak buruk pada remaja. Tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi. Hal ini disebabkan rasa malu remaja dan sekolah yang menolak menerima kenyataan ada murid yang hamil diluar nikah.
Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang berhubungan dengan hubungan seksual. Dengan demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.
Analisis hubungan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas berdasarkan segitiga kebijakan.
Actor (who) : orang-orang yang berperan pada kasus ini adalah kelompok remaja, keluarga yang bersangkutan, lingkungan tempat remaja hidup, serta tenaga kesehatan.
Content (what): yaitu tingginya angka kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion) mencapai 20 juta jiwa pertahun dan 95% diantaranya terjadi dinegara berkembang dengan 13% diantaranya berakhir kematian. Di Indonesia diperkirakan sebesar 2,3 juta jiwa pertahun dengan 750.000 jiwa diantaranya dilakukan oleh remaja.
Contex (where): Peneliti melakukan penelitian di daerah Mejayan, tepatnya di SMK PGRI 1 Mejayan karena ditemukannya kasus siswi hamil diluar nikah dan terpaksa dikeluarkan oleh pihak sekolah.
Proses (how) : Pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat penting bagi kelompok remaja dan lingkungan guna mencegah remaja melakukan tindakan-tindakan seksual diluar nikah. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan dapat disebabkan oleh beberapa aktor diantaranya adat istiadat dan budaya. Masih banyaknya masyarakat yang menganggap tabu tentang topik perilaku seksual membuat remaja mencari informasi ke sumber lain seperti teman dan internet. Padahal sumber-sumber tersebut kebenarannya belum dapat dipastikan. Dari hasil penelitian sebelumnya pada siswa/siswi SMA di Madiun ditemukan dari 3 orang laki-laki yang berpacaran, satu diantaranya telah melakukan hubungan seksual. Hal tersebut dapat dikarenakan pengetahuan yang kurang tentang perilaku hubungan seksual. Dalam hal ini pihak yang bertanggungjawab adalah orang-orang yang berada dilingkungan sekitar remaja tersebut.
Pengetahuan dan pemahaman remaja di SMK PGRI 1 mejayan adalah baik. Dan ada korelasi atau hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas. Dampak yang diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dapat terjadi pada remaja itu sendiri dan janin yang dikandung. Penyakit menular seksual merupakan salah satu dampak kesehatan yang paling ditakutkan terjadi. Selain itu belum matangnya organ reproduksi pada remaja dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandung.
Oleh karena itu, kerjasama sangat diperlukan oleh pihak keluarga dan tenaga kesehatan guna menyampaikan informasi yang akurat tentang kesehatan reproduksi pada remaja. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.
Nama: Desi Sulastri
Kelas: A