Wednesday, May 31, 2017

EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN KB DI PUSKESMAS

A. Input Program Penyuluhan KB di Puskesmas

1. Sumber Daya Manusia

Keterlibatan SDM dalam Program Penyuluhan KB di Puskesmas terdiri dari Kepala Puskesmas selaku penanggung jawab, bidan pemegang Program KB, bidan PNS, bidan desa, dokter, kader dan dokter untuk waktu tertentu saja tetapi jarang. Keterlibatan sumber daya manusia di dalam Program Penyuluhan KB dirasa kurang cukup karena belum adanya petugas penyuluh khusus atau promosi kesehatan yang terlibat dengan Program Penyuluhan KB dikarenakan latar belakang pendidikan dari bagian promosi kesehatan tersebut adalah dari kesehatan lingkungan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VII/2005, tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan, bahwa jika tidak tersedia tenaga khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan Puskesmas yang melayani pasien atau klien seperti dokter, perawat, bidan, sanitarian dan lain-lain. Oleh karena itu di Puskesmas memilih bidan dan tenaga kesehatan lainnya untuk menjadi tenaga penyuluh KB.

2. Anggaran

Anggaran yang digunakan di dalam Program Penyuluhan KB di Wilayah Kerja Puskesmas adalah dari BOK (Bantuan Operasional Kegiatan) hal ini sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan. Dana BOK tahun 2014 dan Panduan Promosi Kesehatan yang merupakan dana bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dana BOK di Program Penyuluhan KB di Puskesmas biasanya digunakan untuk konsumsi dalam kegiatan penyuluhan, namun sebenarnya dana BOK dapat digunakan untuk keperluan lain seperti pencetakan bahan penyuluhan sehingga dapat menambah inovasi-inovasi baru termasuk media atau alat peraga yang ditambah untuk penyuluhan, dana BOK juga dapat digunakan untuk membiayai perjalanan kader kesehatan untuk menghadiri kegiatan refreshing atau penyegaran kader kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas dan jaringannya.

3. Sarana atau Peralatan Penyuluhan

Media yang digunakan dalam Program Penyuluhan KB adalah lembar balik dan buku KIA, namun media tersebut belum sesuai dengan standar promosi kesehatan di Puskesmas dan juga lembar balik untuk sasaran lebih dari 25 orang terlalu kecil. Maka akan lebih baik apabila media yang digunakan adalah OHP, yang sesuai dengan standar peralatan untuk Promosi Kesehatan. OHP merupakan media audio visual yang mana sangat baik digunakan, karena dalam proses pendidikan dengan melibatkan lebih banyak indera akan lebih mudah diterima dan diingat oleh para sasaran pendidikan.

4.  Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang digunakan dalam Penyuluhan KB sudah cukup baik, bersumber dari buku tentang KB atau buku KIA dan dari pengalaman pelatihan para bidan, dengan pelatihan bidan tentang KB.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa isi materi yang disampaikan belum sepenuhnya menekankan tentang kontrasepsi IUD, yang mana kontrasepsi tersebut dinilai efektif dan dianjurkan oleh pemerintah. Materi yang disampaikan menekankan tentang IUD dan implant. Padahal kontrasepsi IUD merupakan kontrasepsi yang tidak mengganggu hormonal dibandingkan dengan implant yang merupakan kontrasepsi hormonal hampir sama dengan suntik ataupun pil. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar materi yang disampaikan menekankan pada target yang masih kurang seperti IUD dan mengangkat isu yang ada di masyarakat untuk dibahas dalam Penyuluhan KB, agar masyarakat lebih mengerti akan kontrasepsi IUD sehingga target pengguna IUD dapat dipenuhi.

5. Kebijakan

Berdasarkan hasil dari penelitian ini diketahui bahwa belum adanya SOP dalam Program Penyuluhan KB. SOP dapat digunakan sebagai alat kontrol, karena semua pekerjaan sudah tertulis di dalam standar baku yang sudah ditetapkan sehingga jauh lebih mudah dalam melakukan kontrol. Kondisi semacam ini juga bermanfaat bagi para pemimpin sebagai dasar penyusunan rencana untuk periode berikutnya. Oleh karena itu, sangat banyak manfaat dari adanya SOP apabila diterapkan dalam Program Penyuluhan KB di Puskesmas.


B. Proses Program Penyuluhan KB di Puskesmas

1.     Persiapan

Persiapan dalam Program Penyuluhan KB sudah cukup baik, yaitu melakukan persiapan dengan membuat perencanaan kegiatan penyuluhan secara tertulis untuk setiap bulannya, yang meliputi sasaran, tujuan, tempat, waktu, biaya, pelaksana dan penanggung jawab. Bila dilihat dengan pedoman penyuluhan KB dari BKKBN diketahui bahwa tahapan persiapan yang belum selalu dilakukan yaitu mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalah yang dimaksud adalah melihat cakupan yang rendah untuk dijadikan target atau sasaran penyuluhan. Dengan identifikasi terlebih dahulu maka diperoleh data yang akurat sebagai acuan untuk sasaran Program Penyuluhan.

2.    Pelaksanaan

Pelaksanaan Penyuluhan KB rutin dilaksanakan setiap sebulan sekali di beberapa desa Wilayah Kerja Puskesmas. Pelaksanaan Penyuluhan KB sudah berjalan dengan baik sesuai dengan pedoman Penyuluhan KB dari BKKBN, mulai dari mengucapkan salam pembuka, memperkenalkan diri dan kemudian menyampaikan isi pesan dengan baik. Lalu tahap persiapan selanjutnya yaitu menggunakan media penyuluhan yang sesuai. Namun untuk media belum sesuai dengan standar sarana minimal dalam promosi kesehatan di Puskesmas. Setelah itu tahap selanjutnya adalah petugas menggunakan metode yang sudah ditentukan termasuk tanya jawab. Metode yang digunakan dalam Penyuluhan KB sudah baik yaitu metode satu arah dan dua arah. Setelah tanya jawab kemudian tahap selanjutnya adalah menyimpulkan hasil penyuluhan. Hasil observasi peneliti, petugas tidak selalu menyampaikan kesimpulan. Berdasarkan kamus besar indonesia, kesimpulan adalah kesudahan pendapat atau pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian sebelumnya, agar dapat menimbulkan pendapat akhir dari peserta, penyampaian kesimpulan seharusnya selalu dilakukan, kesimpulan disampaikan agar peserta juga lebih mengerti mengenai inti yang disampaikan oleh petugas. Pencatatan pelaporan merupakan tahap akhir dalam pelaksanaan penyuluhan, dalam Program Penyuluhan KB di Wilayah Kerja Puskesmas, pencatatan dan pelaporan sudah dilakukan dengan baik, yang dilakukan dengan mencatat peserta yang datang oleh kader, kemudian kader menyampaikan kepada bidan Puskesmas untuk dilakukan pelaporan kepada kepala Puskesmas.

3.   Monitoring dan evaluasi

Monitoring yang dilakukan di dalam Program Penyuluhan KB di Puskesmas yaitu rutin melakukan pencatatan dan pelaporan yang berupa tanggal, waktu, materi dan jumlah peserta yang bertanya untuk dilaporkan kepada Kepala Puskesmas. Kemudian evaluasi yang dilakukan di dalam Program Penyuluhan KB di Puskesmas yaitu dengan melihat target pencapaian pengguna KB. Pengawasan bertujuan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan, dari penemuan tersebut dapat diambil tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu maupun waktu yang akan datang. Jadi dapat diketahui monitoring bukan hanya berupa laporan kegiatan, melainkan pengawasan suatu proses pelaksanaan yang dilakukan oleh petugas. Pengawasan dan evaluasi dapat dilakukan dengan membuat lembar ceklis yang berisi standar pengawasan yang dapat dilihat dari Standar Operasional Prosedur, sehingga dapat diketahui terjadinya penyimpangan serta tindakan perbaikan dapat diambil. Lembar ceklis dapat dibuat dari SOP karena salah satu manfaat SOP yaitu untuk pengawasan.


C. Output Program Penyuluhan KB di Puskesmas

Dampak dari Penyuluhan KB di Puskesmas, sudah ada akseptor baru setiap bulannya, namun untuk kontrasepsi IUD targetnya belum tercapai bila dilihat dari tahun 2014 dan 2015, bahkan terjadi penurunan jumlah pencapaian target. Sedangkan bila dilihat dari jenis kontrasepsi lainnya seperti suntik dan pil, justru melebihi target jumlah akseptornya. Rendahnya target pengguna IUD dikarenakan masih banyak warga yang belum paham tentang kontrasepsi IUD. Kemudian untuk target jumlah peserta Penyuluhan KB adalah 20-30 orang dan hasil observasi peneliti didapatkan bahwa jumlah peserta penyuluhan antara 20-30 orang. Target tersebut sudah tercapai, namun apabila dibandingkan dengan jumlah PUS di masing-masing desa yang jumlahnya seribu jiwa bahkan lebih, maka menurut peneliti jumlah target sasaran tersebut masih kurang. Oleh karena itu saran peneliti, Puskesmas dapat meningkatkan target sasaran penyuluhan bukan hanya PUS atau ibu hamil dan ibu nifas tetapi dapat diundang keluarga calon akseptor seperti suami.





NAMA     : SRI RAHAYU WIDURI

NIM         : 1500029257

KELAS    : B