Sunday, June 4, 2017

tugas evaluasi program

Nama   : Noviyati Annur Jiwani

NIM    : 1500029141

Kelas   : B

Kesehatan Ibu dan Anak telah dijalankan oleh pemerintah, namun berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka kematian ibu, bayi dan balita masih tinggi. Walaupun pencapaian telah begitu menggembirakan, tingkat kematian bayi di Indonesia masih tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand.

Angka kematian ibu di Indonesia bahkan lebih buruk dari negara Vietnam. Angka kematian ibu di negara tetangga itu tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000. Angka kematian balita (AKBA) telah berhasil diturunkan dari 79 kematian per seribu kelahiran (1988-1992) menjadi 46 pada periode 1998-2002 (SDKI 2002-2003), namun angka tersebut masih tinggi. Tingkat kematian balita Thailand dan Malaysia pada tahun 2004 masing-masing hanya 12 per 1000 kelahiran.

Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan kesehatan primer memegang peranan penting dalam menangani kasus mengenai KIA-KB. Masalah yang ditemukan pada pelaksanaan program pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah deteksi kehamilan risiko tinggi oleh masyarakat (2,6% dari target 5%), peserta KB aktif (33,3% dari target 87%), dan kunjungan bayi (12,4% dari target 88%).

Penyebab dari adanya masalah pada program KIA-KB, yaitu dari unsur input, proses, umpan balik dan lingkungan. Penyebab dari rendahnya angka pencapaian deteksi dini kehamilan berisiko tinggi oleh masyarakat dari sisi masukan, proses, umpan balik, dan lingkungan adalah dari segi tenaga kerja, jumlah tenaga pelaksana pelayanan KIA masih kurang. Dari segi pelaksanaan penyuluhan, belum ada penyuluhan secara rutin kepada ibu hamil, suami, dan keluarga terdekat. Selain itu, belum ada jadwal penyuluhan rutin kepada masyarakat tentang deteksi dini kehamilan berisiko tinggi dan belum terdapat pelatihan kepada pelaksana penyuluhan mengenai materi deteksi dini kehamilan risiko tinggi. Dari segi lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini kehamilan berisiko tinggi masih rendah.

Pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan membuat penyuluhan kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, kader serta masyarakat tentang deteksi dini kehamilan risiko tinggi, membuat media informasi berkala berupa buletin mengenai deteksi dini kehamilan risiko tinggi dan dibagikan kepada suami dan keluarga ibu hamil dan masyarakat, dan kunjungan rumah ke keluarga ibu hamil.

Dalam kasus ini, kerjasama lintas sektor juga sangat diperlukan. Kerjasama lintas sektor yang dilakukan antara kementerian kesehatan, tenaga penyuluh, bidan, dan dokter serta partisipasi aktif masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah KIA-KB sehingga angka kematian ibu, bayi, dan balita dapat menurun secara drastis. Dengan adanya kerjasama tersebut akan membuat program secara maksimal sehingga pelaksanaannya pun dapat dilakukan secara maksimal.