Monday, June 5, 2017

EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN GIZI BURUK MELALUI PROMOSI DAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK BALITA

Tugas Administrasi Kebijakan Kesehatan
Nama : Ineu Fitria Dewi 
NIM : 1500029166
Kelas : C

"EVALUASI PROGRAM PENCEGAHAN GIZI BURUK MELALUI PROMOSI DAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN ANAK BALITA"

1. Input 
Dalam mengevaluasi program pencegahan gizi buruk melalui promosi dan pemantauan pertumbuhan anak balita dapat melalui posyandu karena hal itu merupakan salah satu fungsi dari posyandu. Tujuan dari promosi ini salah satunya adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai gizi dan cakupan peningkatan pelayanan kesehatan. Untuk melihat apakah program yang dilaksanakan itu berhasil dan diterapkan secara berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi tersebut dimulai dari penilaian input. 
Penilaian input disini dilihat dari seberapa banyak sumber daya yang ikut melaksanakan program tersebut. Sumber daya di posyandu dapat berupa kader yang di rekrut oleh tenaga kesehatan di puskesmas, karena petugas puskesmas bertugas membina dan memberi pengetahuan kepada kader. Petugas puskesmas kesulitan dalam membagi waktu karena mereka sendiri memiliki tugas yang harus dilaksanakan di puskesmas selain membina para kader. Rata-rata kader dibeberapa posyandu terdiri dari 5 orang, kader direkrut bukan berdasarkan sukarela atau kemauan melainkan dengan cara dipilih sehingga terkadang ada kader yang tidak bertahan lama namun ada juga yang memiliki jiwa sosial dan senang dengan kegiatan ini sehingga mereka bertahan.
Apabila dilihat dari fasilitasnya, tempat untuk melaksanakan kegiatan tersebut belum memadai, karena belum ada tempat khususnya sehingga alat-alat peraga yang dibutuhkan dalam proses promosi pun belum ada. Selain itu, promosi menggunakan media lainnya juga belum bisa dilaksanakan karena dana operasional dari pemerintah belum maksimal.

2. Proses
Proses pelaksanaan program ini yang dilaksanakan di posyandu kurang berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari 5 tahapan meja di posyandu yaitu, Meja I (Pendaftaran oleh kader Posyandu), Meja II (Penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang oleh kader Posyandu), Meja III (Pengisian KMS oleh kader Posyandu), Meja IV (Penyuluhan), dan Meja V (Pelayanan dan konseling kesehatan dan gizi oleh petugas kesehatan serta imunisasi). Adapun dalam pelaksanaan tersebut pada Meja ke III dan ke IV kurang dilaksanakan dengan baik. Karena pada pengisian KMS terdapat grafik yang menunjukkan pertumbuhan anak dan kader belum memanfaatkan grafik pertumbuhan anak sebagai dasar media promosi kesehatan pada ibu agar terus mengontrol kesehatan pada anaknya.
Pelaksanaan penyuluhan sebagian dari usaha promosi tentang kesehatan juga jarang dilaksanakan karena terbatasnya kemampuan kader dan petugas serta waktu yang tidak memungkinkan. Pada saat pelayanan suasana pun tidak memungkinkan karena kesibukan dalam pelayanan posyandu. Selain itu juga disebabkan karena ibu yang ingin terburu-buru pulang serta penyuluhan yang diberikan oleh petugas juga kurang maksimal karena petugas memberikan pelayanan kesehatan sekaligus imunisasi. 
Adapun proses penyuluhan di posyandu dilaksanakan dengan cara mengumpulkan ibu-ibu yang memiliki balita yang sudah mendapatkan layanan imunisasi atau penimbangan di posyandu pada saat awal pendaftaran oleh kader posyandu. Penyuluhan dilakukan dengan  tujuan agar pengetahuan ibu dapat meningkat, serta sikap dan perilaku terhadap asupan gizi yang baik terutama dalam peningkatan status gizi pada anaknya. 

3. Output 
Jumlah kader di posyandu masih kurang, apalagi kader yang memiliki pemahaman tentang gizi. Selain itu kader merasa kewalahan karena cakupan yang terlalu banyak dan luas, sedangkan jumlah kader masih sedikit. Kegiatan kunjungan kerumah-rumah warga untuk mendeteksi kasus gizi kurang baik untuk dilaksanakan, karena menimbulkan masyarakat manja dan malas mengunjungi posyandu.
Masalah gizi buruk ini juga dapat dipengaruhi karena tingkat pendidikan seorang ibu. Hal ini dapat dilihat dari ibu yang memiliki pengetahuan dan pendidikan rendah cenderung tidak memberikan ASI eksklusif. Pada ibu yang berpendidikan rendah, ekonomi rendah, dan tidak memberikan ASI eksklusif pada balitanya dapat menyebabkan peningkatan status gizi buruk. Kebanyakan ibu balita yang berpendidikan rendah beranggapan bahwa bayi yang memiliki berat badan kurang, bukan gangguan kesehatan melainkan diakibatkan karena keturunan sehingga tidak berupaya mencari pengobatan. Sementara itu, ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, mereka rutin menimbang anaknya ke posyandu dan memberikan ASI eksklusif kepada ananya. Sehingga mereka beranggapan bahwa, bayi yang memiliki berat badan rendah atau kurus diakibatkan karena kurang terpenuhinya asupan makanan yang bergizi dan menimbulkan masalah kesehatan. 
Upaya untuk memperbaiki gizi buruk perlu dilakukan dengan cara rutin mengunjungi posyandu. Karena di posyandu seorang ibu akan mendapatkan layanan penimbangan rutin, pencatatan KMS untuk mengetahui pertumbuhan anak, jika timbangan anak dibawah garis merah diberi PMT. Pemberian PMT perlu disertai dengan penyuluhan gizi kepada ibu balita untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku akan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Sehingga ibu dengan pengetahuan dan pendidikan rendah sudah tidak jadi masalah lagi.

4. Kelebihan 
a. Penggunaan bahasa sudah sesuai EYD
b. Program yang dilaksanakan cukup membantu masyarakat dalam perbaikan gizi
c. Bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami

5. Kekurangan 
a. Abstrak jurnal menggunakan bahasa inggris sehingga sulit dalam memahami dan perlu menerjemahkan terlebih dahulu
b. Jumlah kader masih minim karena banyak kader yang tidak berminat dan tidak bertahan lama
c. Paparan jurnal kurang lengkap
d. Deskripsi dari jurnal terlalu sulit untuk dipahami