Friday, June 9, 2017

EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN BALITA PARIPURNA DI KOTA MALANG

Nama : ARGA MAHATVA YODHA

NIM : 1400029183

Kelas : C

 

EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN BALITA PARIPURNA DI KOTA MALANG

 

A.    INPUT

1.         Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan salah satu dari indikator status kesehatan masyarakat. Langkah upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah guna mempercepat penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) adalah salah satunya dengan pelayanan kesehatan balita paripurna.

2.         Data laporan angka cakupan program pelayanan kesehatan balita paripurna di Kota Malang dalam kurun waktu 3 tahun berturut-turut adalah 48,48% (tahun 2010), 45,83% (tahun 2011), 57,78% (tahun 2012).

3.         Angka Kematian Balita (AKABA) tahun 2012 di Kota Malang hanya terdapat 3 kasus kematian anak balita per tahun 2012. Rendahnya angka kematian anak balita seharusnya sebanding dengan tingginya cakupan pelayanan kesehatan balita paripurna.

4.         Munculnya isu bahwa adanya ketidakakuratan pencatatan dan pelaporan data dari bawah menunjukkan perlu dilakukan evaluasi program pelayanan kesehatan pada balita.

5.         Puskesmas Arwinangun terdapat 46.557 jiwa. Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Arjowinangun sebesar 28 orang. Hanya 1 orang petugas yang menjadi penanggung jawab program pelayanan kesehatan balita paripurna.

6.         Puskesmas Rampal Celaket terdapat 21.895 jiwa. Jumlah Posyandu 22 dengan kader yang memadai

 

B.     PROSES

1.         Evaluasi pelaksanaan program pelayanan kesehatan balita paripurna di Kota Malang dilakukan pada 2 Puskesmas yaitu Puskesmas Arjowinangun (cakupan pelayanan kesehatan balita paripurna tidak tercapai), dan Puskesmas Rampal Celaket (cakupan pelayanan kesehatan balita paripurna tercapai.

2.         Setiap puskesmas dilakukan wawancara terhadap pemegang program pelayanan kesehatan balita paripurna.

3.         Setiap Posyandu akan dilakukan observasi, dan wawancara terhadap kader posyandu satu orang, ibu balita satu orang.

4.         Pertanyaan wawancara memuat pertanyaan kelengkapan data, pencatatan, dan pelaporan program pelayanan kesehatan balita paripurna.

5.         Karakteristik setiap responden disajikan dalam tabel untuk kemudian dianalisis menggunakan analisis SWOT.

6.         Penentuan bobot dan rating dalam analisis SWOT dilakukan dengan wawaancara terhadap pemegang program pelayanan kesehatan balita paripurna pada Puskesmas terpilih.

 

C.     OUTPUT

1.         Hasil evaluasi yang baik tidak mengindikasikan bahwa dalam pelaksanaannya, program pelayanan balita paripurna sesuai dengan rencana yang telah ditentukan oleh Pemerintah yang tercantum dalam indikator Sistem Informasi Manajemen KIA.

2.         Pelaksanaan di lapangan, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan balita paripurna belum optimal dikarenakan masih adanya hambatan atau kendala yang ada di lapangan.

3.         Hambatan di Puskesmas Arjowinangun sebesar 95,35% posyandu mengalami hambatan. Hambatan yang terbesar adalah dari ibu balita yang kurang kooperatif. Bentuk dari ketidakkooperatifan adalah dengan ketidakdatangan ibu balita untuk mengikuti jadwal posyandu. Hambatan lain yang didapatkan dengan jumlah kader yang kurang. Karena dalam 1 posyandu terdapat posyandu balita dan posyandu lansia. Sehingga jumlah kader dibagi untuk dapat melaksanakan kedua jadwal posyandu tersebut. Prasarana berupa bangunan tempat pelaksanaan pelayanan balita paripurna kurang memadai.

4.         Puskesmas Rampal Celaket didapatkan informasi bahwa hambatan atau kendala yang ada di posyandu adalah kurang solidnya kader posyandu untuk melaksanakan pelayanan kesehatan balita paripurna. Wilayah kerja Puskesmas Rampal Celaket melakukan inisiatif untuk membuat dokumen tersendiri untuk pelayanan pemantauan perkembangan. Hal ini membuat pencatatan dan pelaporan ke pihak puskesmas menjadi lebih mudah dievaluasi baaik oleh kader maupun oleh tenaga kesehatan.