Sunday, June 4, 2017

EVALUASI MENGENAI KESEHATAN IBU DAN ANAK DI KABUPATEN KARAWANG


1.      Input

Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa. Upaya yang dilakukan di bidang kesehatan adalah dengan meningkatkan Umur Harapan Hidup (UHH) dengan cara menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), Angka Kematian Kasar (AKK). Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir adalah dengan meluncurkan Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Gawat Darurat Ibu dan Bayi Baru Lahir (SiJariEMAS). Sistem teknologi dengan memanfaatkan pesan singkat atau SMS, untuk meningkatkan kualitas pelayanan ibu dan bayi baru lahir, meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistim rujukan gawat darurat ibu dan bayi baru lahir, melalui no SMS Gateway 081212395555, telpon 119/ 02678453243, pin BBM 79003AFE. SiJariEMAS dioperasikan oleh 8 Bidan Call Center yang terlatih, 2 petugas IT, melayani 24 jam 7 hari. Sejak diluncurkan oleh Bupati Karawang tanggal 14 September 2013, telah merujuk lebih dari 4.293 kasus, 1124 tenaga kesehatan dan 941 bidan telah terdaftar, melibatkan 50 Puskesmas dan 20 Rumah Sakit di Kabupaten Karawang. SiJariEMAS sudah dirasakan manfaatnya oleh lebih dari 4.293 kasus. Saat ini, Rumah Sakit lebih siap menerima rujukan pasien gawat darurat. Keluarga pasien dan bidan pengirim rujukan mendapat kepastian kemana pasien harus dibawa dan mendapat advis apa yang harus dilakukan oleh bidan sebelum merujuk, terbangunnya komunikasi antara bidan, Puskesmas dan rumah sakit, menjadi basis data untuk perencanaan dan pengambilan keputusan di Dinas Kesehatan dan rumah sakit, serta Puskesmas mampu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) lebih berdaya untuk penanganan kasus sehingga ibu selamat bayi sehat.

2.      Proses

Penyebab terbanyak kasus kematian ibu masih didominasi oleh kasus PEB dan perdarahan, sedangkan penyebab kematian bayi masih didominasi oleh BBLR dan asfiksia. Masih terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya kasus kematian ibu yaitu terjadi karena faktor penanganan komplikasi yang belum adekuat yang dipengaruhi oleh sarana, tenaga, obat dan managerial. Faktor terlambat merujuk dan lama perjalanan sampai ke tempat tujuan rujukan dipengaruhi oleh : pendidikan, ekonomi, budaya, gender dan geografis. Selain itu juga kematian ibu mencerminkan status gizi dan kesehatan ibu, keadaan sosial ekonomi, kondisi kesehatan lingkungan serta fasilitas dan tingkat pelayanan kesehatan prenatal dan obstetri. Pada tahun 2015, di kabupaten Karawang terjadi 68 kasus kematian ibu yang tersebar di 35 puskesmas, dan terdapat 189 kasus kematian bayi yang tersebar di 40 puskesmas. Sebaran kematian tidak terganggu oleh akses kesehatan dalam hal ini jarak tempuh dari puskesmas ke fasilitas kesehatan tempat rujukan, karena semuanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat dan kendaraan roda dua.ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingginya kasus kematian ibu yaitu : - Faktor penanganan komplikasi yang belum adekuat yang dipengaruhi oleh sarana, tenaga, obat dan managerial. - Faktor terlambat merujuk dan sampai ke tempat rujukan dipengaruhi oleh : pendidikan, ekonomi, budaya, gender, dan geografis. - Faktor kurangnya kem,ampuan SDM dalam penanganan kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi. Pencapaian cakupan program kesehatan ibu dan anak mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnyawalaupun tahun ini masih belum memenuhi target yang diharapkan. Namun dengan kenaikan capaian sudah menunjukkan kinerja petugas kesehatan sudah cukup baik walaupun kedepan harus lebih ditingkatkan lagi baik kualitas maupun kuantitasnya dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.

3.      Output

Dengan adanya Program SijariEMAS jumlah kasus AKI dan AKB berhasil diturunkan, dari bulan September 2013-2014, jumlah AKI yang berhasil diturunkan 33% yaitu sebanyak 64 kasus 2013 menjadi 37 kasus 2014. Untuk jumlah kasus AKB diturunkan sebanyak 55% dari 187 kasus 2013, menjadi 135 kasus 2014.

Program SijariEMAS selain memiliki keunggulan dalam keberhasilannya menurunkan kematian ibu dan kematian bayi, program tersebut juga memiliki kekurangan. Hasil dari wawancara yang dilakukan dengan tenaga kesehatan yang bekerja pada bagian sektor penanganan program SijariEMAS didapatkan kekurangan dari program tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Terbatasnya RS yang memiliki program SijariEMAS karena keterbatasan biaya untuk mempersiapakn perlatan yang dibutuhkan untuk penyediaan program SijariEMAS, karena bagi RS yang ingin memiliki fasilitas Program SijariEMAS harus mengeluarkan anggaran pribadi dari RS, sedangkan Dinas Kesehatan hanya memfasilitasi server nya saja.
  2. Keterbatasan dalam SDM, di Dinas sendiri SDM yang dimiliki yaitu sebanyak 8 bidan yang terbagi menjadi 3 shif kerja, yaitu shif pagi dari jam 07.00-14.00, shif 2 dari jam 14.00-21.00 dan shif 3 dari jam 21.00-07.00. Untuk tekhnik IT hanya memiliki 2, dan itu pun tidak bertugas selama 24 jam, tekhnik IT hanya di panggil ketika server mengalami gangguan saja, sedangkan tidak ada yang akan mengetahui kapan server internet, atau program tersebut error dan atau dalam gangguan.
  3. Keterbatasan ruang rawat untuk bayi dan balita yaitu NICU, ruang rawat NICU hanya dimiliki oleh RS Citra Sari Husada, RSUD dan RSU Karya Husada. Hal tersebut dapat berakibat fatal, karena apabila suatu ketika ruang NICU di 3 RS tersebut penuh maka akan terdapat kesulitan dalam merujuk pasien bayi. Dan hal tersebut dapat menyebabkan 3T yaitu : terlambat mendapatkan penanganan, terlambat mengambil keputusan dan terlambat dalam transfortasi.
  4. Ganguan pada jaringan internet, petugas Call Center mengeluhkan jaringan yang terkadang error.