Saturday, May 27, 2017

KEBIJAKAN ABORSI TERKAIT KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN (KTD)

EVALUASI KEBIJAKAN ABORSI AKIBAT KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN (KTD)
Berdasarkan cara evaluasi terdapat 2 cara yaitu :
1.      Evaluasi Formatif
Cara evaluasi formatif yaitu menilai keberhasilan program selama proses pelaksannan program. Dalam artian evaluasi yang dilakukan terkait aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) selama proses pelaksanaan program, dinilai apakah sudah sesuai dengan pelaksaan yang diinginkan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terkait dengan kebijakan yang telah dilakukan. Pada kasus aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan selama proses berjalannya program didapatkan beberapa kelemahan dan kelebihan dari kebijakanyang dibuat seperti tingginya kematian akibat aborsi yang belum bisa ditagani, dan resiko terkait dengan psikologi serta kesakitan fisik seperti ( rahim yang sobek, kerusakan leher rahim, kelainan pada placenta, dan menjadi mandul) .Adapun penyakit yang dapat terjadi akibat aborsi yaitu kanker indung telur, kanker leher rahim, kanker payudara dan kanker hati) (Brian Clowes).
2.      Evaluasi Summatif
Cara evaluasi summatif yaitu menilai keberhasilan program setelah program dilaksanakan. Dalam hal ini evaluasi terkait kebijakan aborsi dilihat dari keberhasilan program setelah program dilaksanakan yaitu banyak kasus kematian akibat aborsi. Namun, bagi korban pemerkosaan dengan adanya kebijakan aborsi mereka merasa terlindungi karena walaupun sudah melakukan aborsi mereka tetap ditreatment agar psikologi para korban dapat membaik akibat pemerkosaan. 
Adapun kendala evaluasi kebijakan terkait aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan yaitu :
1.      Politik
Evaluasi kebijakan terkait aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan mempunyai kendala politik dalam pelakasaannya seperti perbedaan antar tenaga kesehatan yang berada didesa dan dikota, para pemangku kebijakan sering kali membiarkan tenaga seperti dukun dalam melakukan aborsi. Hal ini juga dilakukan karena pertimbangan biaya, sumber daya manusia seperti tenaga medis yang tidak mau ditempatkan dalam daerah perdesaan karena akses yang minim dan upah yang didapatkan tidak sesuai.  Evaluasi sering terbentur dan bahkan gagal karena alasan politis. Masing-masing kelompok bisa saling menutupi kelemahan dari implementasi program kebijakan aborsi akibat kemahilan yang tidak diinginkan dikarenakan ada deal atau bargaining politik tertentu.
2.      Ekonomi
Dalam evaluasi kebijakan terkait aborsi sering kali masalah ekonomi menjadi kendala dalam evaluasi, seperti yang diketahui dalam melakukan suatu evaluasi pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit, seperti biaya dalam pengumpulan data, dan pengolahan data, biaya untuk para staf administrasi, dan biaya untuk evaluator.  
3.      Psikologi
Dalam evaluasi kebijakan terkait aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) Banyak aparat pemerintah masih alergi terhadap kegiatan evaluasi, karena dipandang berkaitan dengan prestasi dirinya. Apabila hasil evaluasi menunjukkan kurang baik, bisa jadi akan menghambat karir mereka. Sehingga banyak aparat memandang kegiatan evaluasi bukan merupakan bagian penting dari proses kebijakan publik. Evaluasi hanya dipahami sebagai kegiatan tambahan yang boleh dilakukan boleh tidak.
4.      Teknis
Dalam evaluasi kebijakan aborsi akibat kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) Evaluator sering dihadapkan pada masalah tidak tersedianya cukup data dan informasi yang up to date. Disamping itu, data yang ada kualitasnya kurang baik, karena suplly data kepada suatu instansi yang lebih tinggi dari instansi yang lebih rendah hanya dipandang sebagai pekerjaan rutin dan formalitas tanpa memperhitungkan substansinya.
NAMA : DETA AMELIA HASRI
KELAS : A